Pages

Mengenai Saya

Shasha Riezma Merliavilda | Just want my parents smiling proudly as my success. | Twitter : @ShashaRiezmam
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 27 Oktober 2014

PLUVIOPHILE

Pluviophile (n) a lover of rain; someone who finds joy and peace of mind during rainy days.

Beberapa orang merasakan hujan saat ia datang, tetapi lainnya hanya merasa basah-Bob marley

Hujan, mengapa ia begitu membuat aku cinta?
Hujan.... bayangku sambil terpejam, basah, damai, tenang..
Rintik siklus hidrologi bagai air surga yang turun melalui celah gumpal awan yang melayang-layang..
Mungkinkah dalam hujan terdapat sejenis morfin, ganja atau zat pecandu lainnya?
Tak hanya itu hujan sepertinya juga terdapat semacam sihir yang bisa membuat seseorang terbang ke suatu masa, terhanyut dalam alir air yang jatuh
Entahlah apa itu, absurd sudah tulisan yang berinti aku mencintai hujan.

Yes, i am a Pluviophile.

Read more...
separador

Sabtu, 20 September 2014

Apakah ini Gila?

Seseorang yang pemendam biasanya dikarenakan gengsi yang berlebih, terlalu takut orang lain tahu bahwa orang yang ia sukai tidak merasakan hal yang sama. Terlalu banyak berangan tentang orang yang ia sukai sampai-sampai mempunyai dunia sendiri. Bertempramen buruk karena perasaannya sendiri, tahu yang sebenarnya terjadi namun menolak untuk tahu, tak tahu apa-apa namun menerka-nerka agar hatinya senang, menyakiti dirinya sendiri dengan harapan-harapan yang tidak akan pernah mau untuk di sampaikan, pantang untuk memulai suatu pembicaraan apapun kepada orang yang disukai. Begitu perasa dan pemikir, merasa malu malu dan malu, dan terus menerus memikirkan gengsi. Namun begitu cinta apabila sudah cinta, begitu tulus tanpa niat bulus, namun tak pernah ada yang tahu. Entah sampai kapan pemendam dengan gengsinya yang begitu gila akan terus menerus di pertahankan. Entah akan terus menjadi entah karena watak akan terus mengelilingi otak, mungkin akan punah apabila organ otaknya sudah tidak merekat pada bagian dalam tempurung kepalanya.

Maaf untuk segalanya, itulah alasan dari beberapa kemungkinan. Mungkin aku mulai tak waras, dan menjadi pemendam amatir yang terus membiarkan jarinya berkata kejam kepada dirinya sendiri.

-From note, sept 10, 2014-srm

Read more...
separador

Minggu, 11 Mei 2014

Absurd

Termaktub dalam jiwa selipan rima
Berima dalam milyaran aksara,
Berkali ingin otaku hentikan
Namun, sering buatku merasa tertekan
Segenap cerita hanya ku utarakan pada Tuhan
Dalam bentuk percakapan panjang yang menenangkan
Selalu kau buatku berangan, tuan
Sungguh aku tidak mau hilang pegangan
Aku berusaha kendalikan hatiku, tuan
Namun raut wajahmu selalu berterbangan
Semakin malam rasa semakin mencekam
Karena sunyi yang enggan bungkam
Aku mencoba membuang rindu yang menggantung
Namun tetap saja rindu ini terasa tak terhitung
Menembus halus dengan bulus
Tanpa cacat lagi mulus
Segenap rasa entah asa
Entah kapan rasa ini kadaluwarsa
Sungguhku bukan ingin mendahului takdir
Lewat kata-kataku yang mungkin amatir
Namun barangkali rasa ini akan segera berakhir
Karena aku tak mau nantinya tersambar petir
Petir yang menyambar hati sampai kaku
Karena rindu ini layak petir menyambar pilu

Baiklah.
Aku akhiri saja kata ini, tuan.
Selamat malam
Dan, dimanapun aku berada, aku berharap kau selalu dalam dekapan Tuhan.

Read more...
separador

Kamis, 08 Mei 2014

Sang Misterius

Aku berada di dalam sebuah ruang, pojok, kiri, depan.
Disitulah aku mulai berangan...

Berangan tentang seseorang
Misterius..
Sosok yang akhir-akhir ini menjadi penerang hatiku yang temaram
Memotivasiku dalam diam.
Dia bernaung di tempat yang sama, ruangan yang sama, bahkan.. Hampir 31104000 detik ini
Namun, lagi-lagi..
Dia
Misterius.
Diamnya buatku terus bertanya
Buatku terus mendera
Entah apa, yang ada dalam abu-abunya
Mungkin, ada kaum hawa yang melayang dalam organ hatinya, tentu saja bukan aku, bahkan aku sadar bahwa aku tak pantas untuknya,
Aku hanyalah aku yang tidak mempunyai kemampuan apapun.
Aku menerka,
Mendera,
Nestapa pun tercipta..
Mungkin memang cukup dalam hati saja, sampai hati merahku membiru, dan.. Rasa kelabu ini terbang menjadi abu...

Selamat pagi tuan, semoga harimu menyenangkan.

Jatilawang, 09 mei, 2014.
-@ShashaRiezmam

Read more...
separador

Selasa, 06 Mei 2014

Kepekatan Jalan

Aku berjalan di pusat kota, lampu di trotoar jalanan menyorot-nyorot temaram. Langkah, demi langkah berlalu per-lima detiknya. Angin menembus lewat celah-celah yang bisa terlewati, suhu rendah dengan tekanan udara yang cukup tinggi membuat tubuhku tidak bisa protes untuk merasakan dinginnya malam itu. Di antara jutaan manusia, namun jiwaku merasa dalam alam yang berbeda; hanya aku, dan Tuhan. Di atas jalanan kota, kakiku memijakkan langkah yang tenang dan datar. Merasa ramai raga, sepi jiwa. Terkadang aku berfikir, bahwa aku berada di tempat yang salah, mungkin insan lain tidak paham dengan rasa aneh yang muncul pada otak tertentu, merasa mati jiwa dan hilang rasa. Asing. Lampu-lampu kota temaram yang aku lihat, bagai bola ajaib yang membuat tersorotnya makhluk lain, tumbuhan dan pepohonan mempunyai mata-mata aneh yang memperhatikan setiap gerakku, kursi kosong yang tidak terpakai, mengaba-aba perintah yang sukar. Akupun mendengar, raungan pohon besar, tua yang menyeramkan, menjerit pelik enggan bungkam dari jahannam, aku mencoba menanyakan gerangan raungannya, banyak konon dari sang rumput dan burung hantu, ia sering merasakan sakit karena ulah makhluk biadab yang sembarang tusuk benda tajam demi kerakusan, menjadikan tubuhnya penuh dengan tempelan omong kosong. Konon, pohon tua itu dahulunya adalah pohon mewah nan cantik, ia merasa bahagia menjadi hiasan indah di tengah ramai kota, ia pun awalnya merasa bangga, dengan adanya tempelan-tempelan itu di badannya, walaupun ia merasakan lara yang teramat sangat. Tunggu, jangan tertawa, aku menceritakan ini sungguhan. Aku bertanya kepada sang burung hantu, lantas apa yang membuatnya meraung, bukankah ia merasa bangga dengan jasanya. Burung hantu menjawab tegas, ia tidak tahan dengan benda tajam yang menempel merekat, kuat, melekat pada batangnya, sesekali pada tengah malam, burung hantu mencoba membantunya, melepaskan paku-paku yang rekat, namun nihil hasil, benda tajam itu justu melukai kaki burung hantu. Benda itu terus tertananam berkelamaan, hingga usang dan membuat pohon terinfeksi dan merasa semakin nyeri, makhluk tumbuhan semesta hanya bisa berdoa agar sang pohon besar tua di hilangkan rasa sakitnya, entah sampai kapan bahkan sampai pohon tua mati secara mengenaskan dengan puluhan benda tajam.

Dari dunia yang tidak di ketahui, dari sisi lain jeritan riang insan manusia.

Jambu, wangon, enam mei, dua ribu empatbelas -@ShashaRiezmam

Read more...
separador

Selasa, 15 April 2014

Elegi Rasa

Malam ini, mataku masih belum ingin menyatukan kedua kelopaknya.

Rintik air masih terdengar dari sisa hujan pada ranting-ranting dan dedaunan, bunyi kendaraan masih terdengar beberapa dari dalam istanaku, sudah larut, memang.
Waktu menunjukkan sudah tak malam lagi.
Malam telah berlalu, namun elegansi rintik hujan nampaknya tak ingin berhenti, dan mengeluarkan elegi di setiap rintiknya, berbaur bersama suara jangkrik yang melengking.
Aku merasakan hal yang tidak ada rasanya, tidak berwujud dan tidak berwarna; hampa.
Senang, sedih, rindu, cinta, takut, lapar. Tidak, bukan itu. Hampa.
Rasa transparan dan menimbulkan sebuah rasa tertekan. Ya. Hampa memunculkan rasa baru, tertekan.
Dan ketahuilah, tertekan itu menyesakkan. Anta, aneh, gelap, layaknya temaram malam.
Aku harap waktu segera menebas rasa ini lewat mentari.
Lewat mata ini yang akan ku paksa untuk tertutup.

Selamat malam menjelang pagi, sang rasa. Jangan terlalu sering menghampiri organ runyam dalam kepalaku.

Read more...
separador

Senin, 14 April 2014

Hujan Malam

Aku Tulis sembari biru langit yang menghitam, menurunkan benda cair dari kepekatannya, mengembun dan menutupi benda bulat yang mengeluarkan cahaya sendiri di dalam sang lapis tujuh itu..

Setiap rintik berbunyi, membasahi, meresap, dingin..
Suasana yang tenang, sunyi, di temani alunan musik yang harmoni, terlengkapkan dengan si putih cair yang hangat..

Terseretku kedalam susana, bagaikan di datangi hantu yang berbisik tentang sebuah larangan yang tak ingin dilakukan; Merindu.
Rasa itu seharusnya tak lagi di lakukan, di rasakan, di resapi olehku, siapa ingin rasakan suatu yang telah menjadi tabu.
Siapa yang merindu dan siapa yang di rindukan saat hati terasa padam.
Namun ironi, mungkin hanya rasa bosan sehingga aku berada pada titik rindu.
Di sela sang hujan yang ikut menurunkan rintik rindunya, jiwaku ikut terhanyut dan meresapi ke dalam tanah, gelap, hampa.
Aku tak bisa bernapas, merasakan rindu yang menyesakkan, menyesatkan.
Aku sudah tidak bisa merindu. Begitulah, tidak ada yang harus di rindukan.

Siapa yang merindu?
Sudah, akhiri.

Read more...
separador

Minggu, 13 April 2014

Missed

Setiap prosa dan majas yang aku tautkan, sungguh ini bersumber dari relung niatku, dalam sadarku, kesungguhan hatiku,
Ketika mataku menembus kedua bola matamu, aku merasakan debaran dan aliran syaraf neutron yang mengalir kedalam pembuluh jantungku, afeksi dan imajinasiku melayang jauh membayangkan sebuah kalimat ajaib yang dari jauh hari aku merasakan, sebuah perasaan tanpa isyarat dan alasan, tanpa campur tangan zat maupun partikel lain, menggema dan menembus beristilah cinta, jauh sukmaku memanggil namamu, apakah jiwamu tak merasakan teriakan rasaku? Rinduku akan kebersamaan yang telah menjadi asing, sebuah waktu yang tidak dapat di uraikan lagi dan di perulang, sosok manis dan lugu yang amat di rindukan..

Di kutip dari catatan ponselku, 2 bulan yang lalu.

Read more...
separador

Udara Yang Bergerak

Suatu keadaan dimana ada sesuatu yang berhembus, tanpa bisa dilihat, hanya bisa di rasakan.. angin..
Menembus.. huss, berbunyi.. huss..
Membawa benda yang ringan massanya, sembari aku membayangkan menjadi sosok yang kehilangan massa.. terbawa olehnya ke ruang angkasa, terus berhembus di atas langit hingga kehilangan suatu keseimbangan dari gravitasi bumi.. melayang-layang tanpa beban.. di atas.. tinggi.. menuju surgawi, mencium aroma kasturi, bersama angin itu sendiri.. ringan, tanpa beban, lelap, menuju dimensi yang gelap dan pekat, keluar dari lubang hitam di angkasa mengelilingi sang bima, merasakan panasnya sang ketua tata surya, kuning pekat, menyembur-nyembur.. semua planet mengelilingi orbit tanpa keluh kesah, terus menerus berputar.. bebas.. ringan.. indah.. lupakan masalah..

Untuk beberapa menit, aku ingin kehilangan massa..

Read more...
separador

Kamis, 10 April 2014

Seperti Biasa

Seperti biasanya, dari sudut yang tidak dia jangkau, aku menatapnya.. di sela-sela kegiatan biasa di dalam satu ruang selama hampir satu tahun ini, dimana kita di pertemukan. Diamnya, sungguh membuatku bertanya, bingung, sulit di pahami. Terkadang kita tidak sengaja berpapasan mata. Ini lain, pantulannya tidak seperti yang pernah aku jumpai. Memang, sudah lama ini terjadi. Aku tidak menyesali segala yang telah Tuhan gariskan, yang aku tahu Tuhan, rencanaMu amatlah indah. Aku menikmati segala yang telah aku jalani, sungguh, yang aku mau, dalam diamnya, tersimpan kebahagiaan yang mendalam.

Read more...
separador

Followers