Kamis, 21 Desember 2017
- Hanya mengakses internet jika ada orangtua atau pengasuh yang mendampingi.
- Tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenal.
- Tidak boleh memberikan data pribadi kepada orang asing.
- Segera melapor ke orangtua jika mendapat perlakuan tidak menyenangkan di dunia maya.
Senin, 29 Juni 2015
Bukan Perihal Penting
Aku pun tahu, bila kamu sudah tidak perduli denganku; begitupula aku yang berusaha untuk menolak perduli dengan kondisi hati yang aku miliki. Aku berusaha seperti kamu, yang sama- sekali tidak menoleh terhadapku, aku belajar melakukan demikian terhadap hatiku.
Kau tahu? Uh, maaf, aku tahu kamu tidak tahu dan sama-sekali tidak ingin mengetahuinya. Ternyata, aku tidak bisa belajar dengan baik perihal apa yang kamu lakukan, karena nyatanya aku seringkali sedikit kasihan terhadap hatiku yang malang; dia sering sekali berbicara tentang rindu. Namun, karena aku belajar dari kamu, yang memang tidak perduli dengan rinduku, aku bersikap acuh dengan rindu yang ia bicarakan. Aku diam saja dan berpura-pura tidak mengetahuinya, meskipun seringkali ia berkata sakit.
Dan, mungkin aku sudah keterlaluan. Bahkan, sekarang hatiku tidak mau berbicara lagi, aku tidak tahu lagi apa yang sedang ia rasakan, karena ia sudah tidak berkata apapun. Mungkin, ini bentuk protes darinya, karena berkali-kali tidak aku perdulikan.
Tentu saja ia membuatku seperti tak berhati, karena aku sudah tidak merasakan keberadaannya. Mungkin aku harus merobek perutku. apakah ia masih berada di tempatnya atau tidak, entahlah.
Aku tarik kesimpulannya saja, aku hampa-hanya merasakan satu hal saja; yaitu ya.. rasa hampa, rasa yang tidak ada rasanya. Ah sulit di jelaskan, namanya juga hampa. Selayaknya hampa ya memang penuh dengan entah.
Ya sudah lah, semoga saja hatiku cepat bersuara, namun dengan topik pembicaraan yang menggembirakan.
Dan teruntuk kamu, semoga, semoga apa aku pun tak tahu, karena aku memang sedang tidak tahu apa yang harus aku semogakan untukmu.
Minggu, 03 Mei 2015
Sederhana (?)
Bisakah kita sederhanakan saja segalanya? Sederhanakan bagaimana (?) Sesederhana awan dalam menyampaikan hujan pada bumi, sesederhana senja dalam mengindahkan langit, dan sesederhana mentari yang terus mengabadikan pijarnya. Bukankah rasa kita berada pada garis yang sama? Atau hanya aku yang terlalu mengada-ada? Ah, aku terlalu jauh dalam meminta. Aku terlalu menganggap segala yang kau lakukan sesuai dengan apa yang aku rasakan; tanpa memandang dari sisi lain yang mungkin sangat bertolak belakang. Aku terlalu menangkap lebih apa yang kau lakukan dan aku dekap erat tanpa membuka mataku akan kenyataan, aku terlalu terbuai dalam hal yang tidak nyata, selama ini. Namun, bisakah aku sangkal? Apakah dugaanku selalu salah? Apakah menjadi seseorang yang jatuh cinta adalah sebuah dosa? Uh, aku salah bicara. Jatuh cinta memang bukan dosaku; melainkan ketika aku berfikir bahwa kita 'saling' demikian.
-dengan baper yang luar biasa, karena masih sebuah 'hatI' yang ada di dekat empeduku, bukan batu.
Senin, 27 Oktober 2014
PLUVIOPHILE
Pluviophile (n) a lover of rain; someone who finds joy and peace of mind during rainy days.
Beberapa orang merasakan hujan saat ia datang, tetapi lainnya hanya merasa basah-Bob marley
Hujan, mengapa ia begitu membuat aku cinta?
Hujan.... bayangku sambil terpejam, basah, damai, tenang..
Rintik siklus hidrologi bagai air surga yang turun melalui celah gumpal awan yang melayang-layang..
Mungkinkah dalam hujan terdapat sejenis morfin, ganja atau zat pecandu lainnya?
Tak hanya itu hujan sepertinya juga terdapat semacam sihir yang bisa membuat seseorang terbang ke suatu masa, terhanyut dalam alir air yang jatuh
Entahlah apa itu, absurd sudah tulisan yang berinti aku mencintai hujan.
Yes, i am a Pluviophile.
Sabtu, 20 September 2014
Apakah ini Gila?
Seseorang yang pemendam biasanya dikarenakan gengsi yang berlebih, terlalu takut orang lain tahu bahwa orang yang ia sukai tidak merasakan hal yang sama. Terlalu banyak berangan tentang orang yang ia sukai sampai-sampai mempunyai dunia sendiri. Bertempramen buruk karena perasaannya sendiri, tahu yang sebenarnya terjadi namun menolak untuk tahu, tak tahu apa-apa namun menerka-nerka agar hatinya senang, menyakiti dirinya sendiri dengan harapan-harapan yang tidak akan pernah mau untuk di sampaikan, pantang untuk memulai suatu pembicaraan apapun kepada orang yang disukai. Begitu perasa dan pemikir, merasa malu malu dan malu, dan terus menerus memikirkan gengsi. Namun begitu cinta apabila sudah cinta, begitu tulus tanpa niat bulus, namun tak pernah ada yang tahu. Entah sampai kapan pemendam dengan gengsinya yang begitu gila akan terus menerus di pertahankan. Entah akan terus menjadi entah karena watak akan terus mengelilingi otak, mungkin akan punah apabila organ otaknya sudah tidak merekat pada bagian dalam tempurung kepalanya.
Maaf untuk segalanya, itulah alasan dari beberapa kemungkinan. Mungkin aku mulai tak waras, dan menjadi pemendam amatir yang terus membiarkan jarinya berkata kejam kepada dirinya sendiri.
-From note, sept 10, 2014-srm
Minggu, 11 Mei 2014
Absurd
Termaktub dalam jiwa selipan rima
Berima dalam milyaran aksara,
Berkali ingin otaku hentikan
Namun, sering buatku merasa tertekan
Segenap cerita hanya ku utarakan pada Tuhan
Dalam bentuk percakapan panjang yang menenangkan
Selalu kau buatku berangan, tuan
Sungguh aku tidak mau hilang pegangan
Aku berusaha kendalikan hatiku, tuan
Namun raut wajahmu selalu berterbangan
Semakin malam rasa semakin mencekam
Karena sunyi yang enggan bungkam
Aku mencoba membuang rindu yang menggantung
Namun tetap saja rindu ini terasa tak terhitung
Menembus halus dengan bulus
Tanpa cacat lagi mulus
Segenap rasa entah asa
Entah kapan rasa ini kadaluwarsa
Sungguhku bukan ingin mendahului takdir
Lewat kata-kataku yang mungkin amatir
Namun barangkali rasa ini akan segera berakhir
Karena aku tak mau nantinya tersambar petir
Petir yang menyambar hati sampai kaku
Karena rindu ini layak petir menyambar pilu
Baiklah.
Aku akhiri saja kata ini, tuan.
Selamat malam
Dan, dimanapun aku berada, aku berharap kau selalu dalam dekapan Tuhan.